I'tikaf Terapi Jiwa

I'tikaf Terapi Jiwa 
Umat Islam adalah umat yang beruntung karena diberikan syariat kepada mereka yang dengannya mereka dibimbing dalam kehidupan dunia dan akhirat.  Di tengah kesibukan pekerjaan sehari-hari yang rumit dan menyita pikiran dan tenaga kita di siang hari, sholat zhuhur dapat menyegarkan kembali hati dan pikiran kita. Setelah pekerjaan kembali membuat otak dan pikiran sedikit lelah, kembali sholat asar menyapa dan memberikan kesegaran baru bagi pikiran kita.

Sholat yang khusyuk dapat menjadi terapi harian yang dapat mengatasi masalah harian yang kita hadapi, karena ia dapat memulihkan pikiran kita dari waktu ke waktu.
Ibarat kita memegang gelas panas, semakin panas air dalam suatu gelas tersebut semakin sebentar kita memegangnya. Jika semakin lama kita memegangnya, tangan kita tidak akan kuat menahan panasnya, maka secara refleks kita akan melepaskan gelas itu dari tangan kita sebelum tangan kita melepuh karenanya. Setelah dibiarkan air di dalam gelas itu menjadi dingin, maka kita dapat memegangnya kembali. Ada waktu jeda yang kita berikan untuk membuat gelas itu menjadi dingin. Karena kalau saat terlalu panas kita meminum airnya, tentu bukan dahaga yang kita hilangkan, namun hanya akan menambah derita, ia akan membuat lidah dan kerongkongan kita menjadi melepuh dan terbakar.
Permasalahan dan urusan yang menyita pikiran dan tenaga kita juga demikian, kita memerlukan waktu jeda untuk dapat mendinginkan kembali pikiran dan hati kita, kita memerlukan saat-saat yang tenang dan hati yang damai dan khusyuk untuk mengatasi masalah yang kita hadapi.

Kalau shalat menjadi terapi untuk mengatasi masalah yang bersifat harian, maka untuk mengatasi masalah-masalah kita yang begitu besar dan sifatnya menahun bahkan tak kunjung selesai, kita memerlukan jeda waktu yang juga besar untuk dapat menyelesaikannya. I'tikaf menjadi terapi yang luar biasa untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

Dengan syariat I'tikaf inilah kita melepaskan gelas panas atau masalah yang kita hadapi sepanjang tahun yang kita lalui, yaitu dengan mendekatkan diri kepada Allah dengan sepenuh hati kepada-Nya, karena tidak ada yang lebih besar dari masalah itu kecuali Allah, amat mudah dan kecil bagi Allah untuk menyelesaikan permasalahan hamba-hamba-Nya, dan itu perlu kedekatan seorang hamba kepada Allah yang luar biasa pula, sehingga Allah mau memberikan solusi atas permasalahan yang ia hadapi.

Tepatlah ungkapan Ibnul Qayyim dalam kitabnya Zaadul Ma'aad : "Kusutnya hati tidak akan dapat sembuh kecuali dengan menghadapkannya kepada Allah SWT, sedangkan makan, minum dan bergaul yang berlebih-lebihan, terlalu banyak bicara dan tidur, termasuk dari unsur-unsur yang menjadikan hati bertambah berantakan, dan hal-hal tersebut akan memutuskan perjalanan hati menuju Allah atau akan melemahkan, menghalangi dan menghentikannya. Rahmat Allah Yang Maha Perkasa lagi Penyayang mensyariatkan bagi mereka berpuasa yang bisa membersihkan kecenderungan syahwat pada hati yang dapat merintangi perjalanan hati menuju Allah. I’tikaf disyariatkan dengan tujuan agar hati beri’tikaf dan bersimpuh di hadapan Allah, berkhalwat (berduaan) dengan-Nya, serta memutuskan hubungan sementara dengan sesama makhluk dan berkonsentrasi sepenuhnya kepada Allah."

Maka dengan melaksanakan I'tikaf, diharapkan seseorang dapat seperti menaiki anak tangga yang dari waktu ke waktu semakin dekat kepada-Nya.

Rasulullah SAW sangat menganjurkan I'tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Inilah waktu yang baik bagi kita untuk bermuhasabah dan taqarub secara penuh kepada Allah SWT.

Para ulama sepakat bahwa i’tikaf, khususnya 10 hari terakhir di bulan Ramadhan, adalah ibadah yang disunahkan oleh Rasulullah SAW. Beliau sendiri melakukanya 10 hari penuh di bulan Ramadhan. Ummul Mukminin Aisyah, Umar bin Khattab, dan Anas bin Malik radhiyallahu 'anhum menegaskan hal itu, “Rasulullah SAW beri’tikaf pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan.” (HR Bukhari dan Muslim).

Bahkan, pada tahun wafatnya, Rasulullah SAW beri’tikaf selama 20 hari. Serta sepeninggal beliau para sahabat, bahkan istri-istri Rasulullah SAW selalu melaksanakan ibadah ini. Sehingga Imam Ahmad berkata, “Sepengetahuan saya tak seorang ulama pun mengatakan i’tikaf bukan sunah.”

Jika Rasulullah, istri-istrinya, dan para sahabatnya yang telah mendapat jaminan dari Allah untuk masuk surga 
selalu melaksanakan ibadah ini, bahkan keimanan dan ketakwaan mereka sungguh jauh di atas kita, maka bagaimanakah dengan kita? Di saat tidak ada yang menjamin kita dapat masuk surga dengan amal kita, bahkan belum ada amalan terbaik kita yang membuat kita telah dicintai oleh Allah, maka apa lagi yang mau kita jadikan amalan utama untuk mencium wanginya aroma surga dan bertemu dengan Allah kelak? Semoga dengan I'tikaf yang kita niatkan ikhlas karena Allah untuk kita laksanakan tahun ini menjadi titik tolak kita meraih ampunan dan kasih sayang Allah.

Untuk menjadikan I'tikaf kita lebih bermakna dan optimal maka setidaknya ada beberapa hal yang perlu menjadi fokus Ibadah kita selama I'tikaf.

Pertama, Berniat I'tikaf karena Allah. Niat ini menjadi penting, karena ketika kita telah menamankan tekat untuk beri'tikaf karena Allah, maka kita berusaha untuk selalu berdiam diri di masjid walaupun banyak godaan dan kesibukan yang kita hadapi, niat dan tekad yang lemah akan membuat I'tikaf hanya dilakukan sesempatnya saja.

Kedua, Selalu berupaya untuk berdiam diri di dalam masjid dengan memperbanyak berzikir secara khusyuk, memperbanyak membaca tahlil, tasbih, tahmid, sholawat kepada Rasulullah SAW. Zikir dengan membaca tahlil, tasbih, tahmid dan sholawat ini hendaklah dilakukan dengan penuh penghayatan maknanya di dalam hati, sehingga memberikan pengaruh yang besar di dalam jiwa, dan terciptalah kekhusyu'an.

Ketiga, Memperbanyak membaca Al-Qur'an. Pada tahun terakhir Rasulullah diwafatkan oleh Allah, malaikat Jibril datang kepada Rasulullah dan menyimak bacaan Al-Quran Rasulullah hingga dua kali pada bulan ramadhan. Maka saat I'tikaf adalah saat yang tepat untuk mengkhatamkan bacaan Al-Quran kita, terlebih lagi momentbulan ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur'an. Maka Al-Qur'an harus menjadi prioritas yang harus didengungkan oleh orang-orang yang beriman pada bulan ramadhan.

Keempat, Memperbanyak sholat malam (qiyamullail) baik dilakukan secara sendiri-sendiri atau berjamaah. Qiyamullail yang dilakukan ini akan lebih terasa kesungguhannya jika dilakukan dengan pengharapan ingin mendapatkan Lailatul Qadr, maka jika selama 10 malam terakhir ramadhan itu seseorang melakukan sholat malam dengan sungguh-sungguh dan tidak melewatkan satu malampun insya Allah malam lailatul qadr itu ia dapatkan, jika ia mendapatkan malam ini maka berbahagialah, karena kebaikan ibadah yang telah ia lakukan itu mendapatkan kebaikan lebih baik dari seribu bulan beribadah.

Kelima, Berdoa. Dalam surat Al-Baqarah ayat 186 Allah berfirman: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka mendapat petunjuk.”

Ayat ini merupakan satu kesatuan dalam ayat-ayat yang membahas masalah puasa di dalam Al-Quran, yaitu dari ayat 183 sampai 187 surat Al-Baqarah, ini menunjukkan erat hubungannya antara puasa (ayat 183) dengan membaca Al-Qur'an (ayat 185) dan dengan I'tikaf (ayat 187).

Sehingga dapat diambil Istinbath (kesimpulan) bahwa antara puasa, membaca Al-Quran, berdoa dan beri'tikaf memiliki hubungan yang kuat dan satu kesatuan yang saling beririsan untuk menjadi orang yang bertakwa (QS 
Al-Baqarah : 183), untuk menjadi orang yang bersyukur (QS Al-Baqarah : 185), untuk menjadi orang yang mendapat petunjuk (2:186), dan ditutup kembali dengan harapan agar mereka menjadi orang-orang yang bertakwa (2QSAl-Baqarah : 187).

Semoga Allah melapangkan dada kita untuk dapat melaksanakan I'tikaf mengikuti sunnah Rasulullah SAW dan dapat meraih lailatul qadr. Aamiin ya rabbal 'aalamiin.

Wallahu 'alam bishowab

Oleh H. Zulhamdi M. Saad, Lc

Comments

Popular posts from this blog

KETIKA SEORANG GUS KETIKUNG CINTA PART 4

sebuah cerita lucu

*MEREKA YANG MELAYANI “NAFSU” ORANG DEWASA*

KETIKA SEORANG GUS KETIKUNG CINTA

KARYA INOVATIF GURU